Senin, 04 Desember 2017

Observasi di Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe Pamulang

LAPORAN OBSERVASI
HINDU BUDHA DI INDONESIA
VIHARA AVALOKITESVARA PONDOK CABE


DISUSUN OLEH :
MAULANA AKBAR R                                            (11150321000042)










FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA


Daftar Isi





BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil observasi ini dengan judul Observasi ke Rumah Ibadah Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe. Laporan ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hindu Budha Di Indonesia.. Selain itu sebagai upaya untuk membuka wawasan para masyarakat dan khususnya mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk meningkatkan intelektual rakyat banyak..
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi memperbaiki makalah ini untuk penulisan lain di kemudian hari.Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua. Sekian dan terimakasih.

B. Rumusan Masalah

1.          Apa saja Kegiatan dan alat-alat ibadah umat Buddha di Vihara                                            Avalokitesvara Pondok Cabe.

C. Tujuan Makalah


1.          Mengetahui Kegiatan dan alat-alat ibadah umat Buddha di Vihara                                    Avalokitesvara Pondok Cabe.



BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pelaksanaan Observasi

Hari                 : Minggu, 29 Oktober 2017
Pukul               : 09.00 WIB
Tempat             : Vihara Avarokitesvara Pondok Cabe

B. Narasumber

Sdri. Maya
sebagai Ketua pemuda pengurus Vihara Avarokitesvara Pondok Cabe

C. Jadwal Kegiatan Observasi Vihara Avarokitesvara Pondok  Cabe

                Sabtu, 22 April 2017


    08.00-09.00       Preparing (Halte UIN)
dan Keberangkatan
    13.00-13.30      
Sampai di lokasi dan mulai melakukan observasi
    13.30-14.15       Ramah Tamah dengan
pengurus Vihara Avalokitesvara
    14.15-17.00       Membaur dengan
umat Sekitar
    17.00-19.30      
Istiharat


 

D. Uraian

Vihara Avalokitesvara terletak di Jl. Cabe Raya No.64, Pd. Cabe Udik, Pamulang, Kota Tangerang Selatan bersebelahan dengan keleteng Kwan Im Thang. Vihara ini terletak kurang lebih 300 Meter dari jalan raya. Letaknya yang bersebelahan dengan Klenteng namun tidak pernah terjadi ketegangan sama sekali. Vihara Avalokitesvara terlihat biasa saja seperti Vihara pada umumnya ketika tampak dari luar. Namun Vihara ini akan sangat terlihat megah ketika kita masuk ke bagian dalam bagian Vihara Ini.
Bagian Altar Vihara
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Vihara ini ternyata memiliki banyak kegiatan di dalamnya, yang pengurusnya adalah para pemuda pemudi yang aktif dalam lingkungan sosialnya.

Para remaja pengurus Vihara
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Mereka senantiasa membuat program-program dalam untuk kegiatan yang ada di Vihara. Salah satunya adalah program sekolah Budha. Sekolah Budha dalam Vihara ini memiliki klasifikasi sesuai dengan tingkatannya. Ada anak-anak dan remaja.



Latihan Angklung anak-anak
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sekolah Budha dalam Vihara Avalokitesvara mengajarkan berbagai hal selain dalam sisi keagamaan. Sekolah ini mengajarkan seperti angklung, tari-tarian, memasak, dll. Sekolah ini juga sering mengadakan observasi ke tempat-tempat seperti museum, kebun binatang, dan tempat-tempat yang memiliki nilai edukasi tersendiri.

Kegiatan Sekolah minggu di Vihara 
Sumber: Dokumentasi Pribadi


Dalam kelas tersebut terdapat sebuah altar kecil untuk beribadah anak-anak dan altar itu digunakan sebagai media belajar anak-anak untuk beribadah. Altar ini tidak sebesar dengan altar yang ada di bagian depan Vihara ini. Karena memang Altar ini tidak untuk beribadah umat pada umumnya.

Altar Budha untuk anak-anak
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Saat dikunjungi pada Tanggal 29 Oktober 2017 tepat pada hari minggu, umat Buddha di Vihara ini sedang melakukan peribadatan. Dan umat Budha semua beribadah pada bagian Altar depan dari Vihara ini. Dan saat beribadah, umat Buddha menggunakan berbagai macam alat-alat ibadah diantaranya :
GONG

Gong
Sumber : Dokumen Pribadi

Gong adalah sebuah alat sembayang yang terbuat dari tembaga, mempunyai posisi sebagai kepala dari semua alat. Dong dipegang oleh seorang pemimpin yang disebut Weino (wéi nà), jika pada masa lalu yang berhak menjadi weino adalah mereka para bhiksu sesepuh dalam vihara , agaknya tradisi tersebut sudah mulai berubah, dijaman dewasa ini semua orang bisa menjadi weino. Syarat utamanya adalah mempunyai suara yang merdu dan dapat bernyanyi dengan benar, ditambah lagi harus piawai dalam mengendalikan Gong sebagai factor penting dalam sebuah upacara Mahayana.
Gong memegang peranan penting dalam sebuah upacara Mahayana, jika seorang weino memukul gongnya berarti pertanda upacara akan dimulai dan semua alat sembayang yang lain juga harus mengikuti irama yang dilantunkan oleh sang weino. Jika weino memukul gongnya 2 kali secara berturut-turut berarti waktunya lantunan gatha sutra diselesaikan. Saat gongnya ditekan dengan suara kecil maka sang weino sudah bersiap untuk mulai melantunkan nada gatha dalam sutra.


KECHE & TANGCHE














Keche
Sumber: Dokumentasi Pribadi


Tangche
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dalam tata cara upacara Mahayana, kheche dan tangche adalah sepasang alat yang tidak dapat dipisahkan. Kheche adalah sepasang lempengan yang hampir mirip piring terbang kembar yang dipukul bersama dengan tangche. Kheche dipukul sejajar dengan perut dengan posisi kheche kanan atas dan kiri dibawah. Sedangkan tangche dipukul sejajar dengan muka, layaknya seorang yang sedang berkaca. Kedua alat ini merupakan perpaduan alat music tradisional kontemporer Tiongkok yang sering muncul dalam barongsai, opera , dsb, yang kemudian diadopsi dalam tata cara upacara Buddhisme Mahayana.


Dewa Namo Mi Le Phu Sa

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dewa ini dipercaya oleh orang Buddha sebagai dewa selanjutnya. Nanti ada masa dimana semua orang tidak lagi percaya agama Buddha, dan agama Buddha pun runtuh, dan Buddha selanjutnya pun akan muncul di dunia.

BAB III

KESIMPULAN



Indonesia adalah yang kaya dengan kebudayaan dan berbagai macam suku bangsanya. Sudah menjadi hak kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, harus menjaganya dari tangan-tangan jahil manusia yang ingin merampas dan merusaknya. Kedatangan saya ke Vihara Avalokitesvara seakan membuka wawasan saya akan pentingnya menjaga warisan budaya dan keagamaan di Indonesia. Karena keberagamaan di Indonesia, bukan seharusnya kita debatkan dan saling menjatuhkan. Sikap yang paling benar adalah, kita saling menjaga satu sama lain agar terjadi harmonisasi dan kerukunan umat berbudaya dan beragama. Satu kata yang menurut pemakalah paling cocok untuk menutup tulisan ini. Indahnya pelangi, bukan disebabkan warnanya yang seragam, namun pelangi indah dengan beragamnya warna di dalamnya.

Dokumentasi Video Observasi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar